Mata Hati Kedua
Hari-hari ini aku merasa
cemas, sebuah bayangan pria misterius itu selalu muncul di hadapanku. Tetapi,
itu hanya halusinasi saja. Mungkin memang seperti itu. Namun aku tidak tahu
alasannya, mengapa pria misterius itu slalu tiba-tiba muncul di hadapanku. Ya,
meskipun itu hanya bayangan. Tapi biasanya bayangan yang tiba-tiba muncul slalu
jadi kenyataan.
“Bagaimana? Apa kamu bisa
meyakinkan kalau Tyan itu adalah jodohku?” ucap Gina sambil menepuk-nepuk
bahuku.
“Sebentar Gin, jangan banyak
bicara. Aku tidak bisa konsentrasi nih,” ucapku mencoba mengembalikan
konsentrasi.
“Iya deh,” ucapnya segera menarik
tangannya.
“Oke, jangan mengganggu
lagi. Aku butuh konsentrasi,” ucapku menghela nafas panjang.
“Eh liat tuh!” ucap Gina.
Kali ini dia menggoyang-goyangkan bahuku.
“Apa lagi sih?” ucapku
kesal.
“Lihat pria itu, tampan
sekali!” ucap Gina sambil menatap dari kejauhan.
Dengan refleks, mataku
langsung tertuju ke arah pria itu. Ada sebuah bayangan yang tiba-tiba saja
muncul. Bayangan dimana aku sedang duduk bersampingan dengannya. Ya, seperti
resepsi akad nikah. Ah, apa-apaan ini. Kenapa bayangan absurd ini muncul. Please, ini hanya bayangan saja.
“Hello…!!! Helga…!!!” ucap
Gina sambil mengibas-ngibaskan tangannya tepat di depan wajahku.
“Apa-apa?” ucapku terkejut.
“Haha, kamu juga pasti
langsung kepincut kan saat melihatnya,” ucap Gina nyengir kuda.
“Enggaklah, masa aku suka
sama orang seperti dia,” ucapku mendengus.
“Alah, jangan ngeyel deh,”
ucap Gina mencibir.
“Emang dia itu siapa? Kok
aku baru melihatnya,” ucapku mengkerutkan kening.
“Kamu enggak tahu siapa dia?
Hello…!!! kemana aja sih, Helga? Dia itu anak dari rector kampus kita, namanya Reno,” ucap Gina menjelaskan.
Tak sengaja mataku
menatapnya tanpa berkedip, dan saat itu juga dia balik menatapku. Terlihat
sebuah sunggingan terpancar dari wajahnya yang tampan. Tiba-tiba sebuah
bayangan muncul kembali. Bayangan di saat aku sedang berada di tengah lapang
dan tiba-tiba saja Reno menembakku. Ah, ini benar-benar gila.
“Kenapa bayangan absurd itu
slalu muncul?”gerutuku sambil menendang-nendang kerikil yang berserakan di
jalan setapak saat hendak pulang ke rumah.
Tiba-tiba saja aku kehilangan
kendali, sampai-sampai aku terjatuh. Namun untung saja ada seseorang yang
menahanku dari belakang, dan aku terselamatkan.
“Hati-hati kalau jalan,”
ucapnya sambil tersenyum.
“Apaan sih?” ucapku segera
berdiri ke posisi semula. Ternyata itu adalah Reno.
“Bukannya bilang makasih,”
ucapnya tersenyum jahat.
“Makasih,” ucapku sinis.
“Kok gitu sih, kaya yang
nggak ikhlas saja,” lagi-lagi dia tersenyum.
“Masalah?” ucapku segera
berjalan dan tiba-tiba aku terjatuh lagi. Kali ini pria itu menahanku. Wajahku
dan wajahnya saling berhadapan. Ah, apaan ini. Tiba-tiba saja jantungku
berdebar kencang. Kami berdua sama-sama diam, dan tak lama kemudian pria itu
tersenyum lagi.
“Eh,” ucapku kembali berdiri.
“Makanya hati-hati,” ucapnya
tersenyum. Kenapa pria menyebalkan itu slalu tersenyum saat melihatku?
“Iya,” ucapku dengan muka
memerah bak kepiting rebus.
***
“Aku ingin membicarakan
sesuatu,” ucap Reno yang tiba-tiba saja datang dan menarik tangaku.
“Bicara apa?” tanyaku
bingung. Dasar orang aneh, baru aja kenal beberapa hari yang lalu, tapi dia so
akrab gitu. Kaya yang udah kenal tiga tahun saja.
“Aku sudah tahu isi hatimu,
kamu menyukaiku kan?” ucapnya tersenyum dan penuh dengan rasa percaya diri.
Apa-apaan ini, kenapa pertanyaan gila seperti itu langsung terlontar dari
bibirnya.
“Ish, kepedean. Siapa juga
yang suka sama kamu,” ucapku memajukan kedua bibir.
“Jangan mengelak, aku sudah
tahu dengan apa yang kamu pikirkan. Tentang jodoh bukan? Dan jodohnya itu aku,”
ucapnya tersenyum jahat.
Ah, sial. Bisa-bisanya dia
mengetahui apa yang terjadi padaku. Dia juga tahu kalau aku menyukainya,
padahal Gina saja yang merupakan sahabatku tidak mengetahaui hal itu. Kenapa
dia bisa tahu kalau aku menyukainya?
“Hei, jawab dulu
pertanyaanku,” ucap Reno mengejutkan lamunanku. Bayangan akad nikah itu datang
lagi.
“Iya,” ucapku refleks karena
terkejut.
“Tuh kan, benar kata hatiku
juga.”
“Ih, salah ngomong.”
“Halah, jangan mengelak.
Gini-gini juga aku bisa merasakan dan mengetahui isi hati seseorang.”
“Maksudnya?”
“Iya, aku memang bisa
membaca perasaan seseorang, dan aku tahu apa yang sedang kamu rasakan saat ini.”
“Ish,” ucapku mendengus dan
tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Pantesan saja kalau dia melihatku pasti
tersenyum, pasti karena dia bisa mengetahui perasaan dan isi hatiku.
“Aku juga tahu, kalau kamu
bisa membaca masa depan kan?”
Aku tak menjawab dan hanya
mengangkat kedua alisku. Bagaimana hal ini bisa ia ketahui? Tiba-tiba saja aku
kepikiran tentang sosok pria yang slalu muncul di bayanganku. Pasti jawabannya
adalah Reno. Ya, aku yakin. Ah, tapi kenapa harus dia?
Tiba-tiba saja Reno menarik
tanganku, dan segera menyeretku ke tengah lapang.
“Mau ngapain kita ke tengah
lapang seperti ini?” tanyaku kebingungan.
Tanpa menjawab terlebih
dahulu pertanyaanku, dia segera berteriak “Helga, “Will You Be My
Girlfriends???”
Apa ini? Aku tak percaya
dengan semua ini. Bisa-bisanya orang seperti Reno menembakku di tengah lapang
seperti ini dan di saksikan oleh banyak orang. Ditambah lagi kami baru kenal
beberapa hari yang lalu. Dan aku teringat, kalau bayangan waktu itu menjadi kenyataan.
“Terima-terima,,,” teriak
semua orang yang menyaksikan kejadian itu.
“Terima, Helga…!!!” teriak
Gina dari kejauhan sana.
“Ayo jawab, meskipun aku
sudah tahu kamu akan menjawab Ya. Tapi aku ingin kamu mengatakannya secara
langsung. Agar semua oranng tau,” ucap Reno dan segera berlutu di hadapanku.
“Iyaaaa aku mau jadi pa…,”
“Helga bangun,” teriak
seseorang memotong perkataanku.
Brukkk… aku terjatuh dari
tempat tidur. Aku melihat keadaan di sekeliling. Ah ternyata itu hanyalah
sebuah mimpi. Gara –gara Ibu yang membangunkanku. Padahal ini merupakan momen
yang seru dan sedikit lagi akan segera happy
ending. Ya, meskipun cerita di dalam mimpinya agak aneh. Tapi terasa
seperti nyata.
__THE END__
Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini.
luar bisa 👍.
ReplyDeletewkwkwk zeny zeny
Delete