Introvert (Together We Stand) *Part1

Ada saat dimana hidup terasa sangat jenuh. Bahkan dalam keadaan bahagia pun manusia akan merasa jenuh. merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Serakah? mungkin iya. Tidak ! Ini berbeda. Hanya aku yang merasakannya. Dan aku tak mau berbicara andaikan kamu jadi aku, pasti kamu akan merasakan apa yang sedang aku rasakan saat ini. Ituperkataan yang sangat tidak logis. Dan yang terpenting aku nggak akan jadi kamu , kamu nggak akan jadi aku. 

*** 

Introvert, satu kata yang terselip di namaku. Ah, buka terselip, lebih tepatnya kata yang menggambarkan kepribadianku. Memang, aku berpegang teguh pada peribahasa diam itu emas. Tapi rasanya hal itu sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Katanya diam itu emas.Lalu, kenapa aku selalu dipandang sebelah mata? Ah mungkin mata mereka yang satu laginya kelilipan. Jadi memandangku dengan sebelah mata. Tidak! Aku yang salah memaknai peribahasa itu. Tapi harus bagaimana lagi, Ini aku dan aku seperti ini. 

"Orang yang introvert itu nggak bakalan sukses."

"Bagus sih, buat jadi pendengar setia kita."

"Orang seperti itu, diam-diam menghanyutkan."

"Bicara aja nggak berani."

...


Dan masih banyak lagi perkataan yang melintas di telingaku.  Entah itu kebetulan, atau memang kesalahan. Ehmaksudnya memang disengaja. 

"Kamu tak bisa seperti ini terus," ucap Liza yang merupakan sahabatku satu-satunya. 

Entahlah. Aku tak pernah tahu alasan Liza yang mau berdekatan denganku. Dengan seseorang yang pendiam. Mungkin karena ia membutuhkan pendengar setia. Jadi... 

Aku meliriknya sekilas lalu mengembalikan pandangan pada buku di depanku. Tak ada sepatah kata pun yang kukeluarkan. Itu pertanyaan yang sangat basi, terlalu sering hinggap di telingaku. 

"Aku sangat menyayangkan kamu. Kamu itu berbakat, pintar bahkan kamu itu sangat unggul dari yang lain." 

"Haha... Unggul? Memangnya aku ini bibit tanaman."

Tak mau melanjutkan percakapan yang terasa sangat tidak sesuai dengan sikon hatiku, aku memilih untuk menyelewengkan jawaban. 

"Pulang sekolah kita jalan-jalan yuk!" ajak Liza yang sepertinya tak mau menyerah merayuku. 

Jujur. Selama hampir tiga tahu bersekolah di sma. Aku belum pernah menginjakkan kaki ke mal-mal, bioskop ataupun yang lainnya. Pulang sekolah langsung ke rumah Di kamus kehidupanku, tidak ada yang namanya jala-jalan ataupun apalah itu namanya. Ya, yang seperti itulah. 

"Ada job, aku nggak bisa ikut. Proyek belum terselesaikan," tolakku secara halus. 

"Proyek, proyek dan proyek. Udah kayak anak kantoran aja. Lagian kamu masih sma. Masa kerjanya kantoran. Lulus juga belum."

"Ini beda!"









Comments

Popular Posts