Dimana Tempatnya?*Sekelumit Kisah*

2014

Sinar mentari telah menyongsong sampai ke kamarku, melalui celah-celah jendela dan kaca. Ku lihat jam dindingku, dengan muka yang sangat berantakan. Oh Tidak, ini sudah pukul 06.00, aku pasti kesiangan. Aku segera ke kamar mandi dan bersiap-siap.

Ya, hari ini aku akan mengikuti try out umum di SMA Al-Musaddadiyah Garut. Tujuannya untuk mengetest kemampuan aku dan mengukur seberapa jauh kesiapanku, karena tepat seminggu lagi aku melaksanakan UN. Rencananya aku mau pergi ke sana bareng teman-temanku, yaitu Silfi, Ayang, Susi, Vera, Wini, Intan dan Jam’an. Sehari sebelumnya kami sudah janjian untuk saling menunggu di tempat yang telah di tentukan, tepatnya di Balai Desa Sukakarya.

Sialnya kali ini aku tidak punya ponsel, karena ruksak. Jadi aku tidak bisa calling-calingan sama teman yang lainnya. Jalur rumahku searah dengan Jam’an, aku sudah janjian untuk menungguinya.

Waktu terus berlalu, jam yang ada di tanganku sudah menujukkan pukul 06.30. Aku sudah siap, namun aku harus menunggu Jam’an terlebih dahulu. Dia belum juga datang, aku benar-benar panic. Aku takut kalau teman-teman pergi duluan, aku benar-benar tidak mengetahui tempatnya dimana.

Saat waktu menunjukkan pukul 06.40 Jam’an telah tiba di rumahku, aku benar-benar kecewa, karena dia datang terlambat.

“Fuja,” ujar Jam’an yang ada di pinggir jalan.

“Iya,” ujarku segera menghampirinya.

"Maaf telat,” ujarnya polos.

“Iya nggak apa-apa, tapi teman-teman sudah menunggu dari tadi di balai desa,”

"Ya sudah, ayo kita segera ke sana."

Kami bergegas menuju balai desa. Aku sudah yakin kalau mereka bakal pergi duluan. Dan benar saja, setelah sampai di balai desa, mereka sudah tiada. Untung saja ada seseorang yang memberitahu kami, kalau teman-teman sudah pergi duluan.

“Gimana dong nih, mereka sudah pergi duluan,” ujarku panic.

“Nggak tahu,” ujar Jam’an dengan polosnya.

“Ya sudah mendingan kita segera pergi ke Warpeut, mungkin mereka sedang menunggu kita,” ujarku.

 Warpeut singkatan dari Warung Peuteut adalah nama salah satu kampung di daerahku, namun Warpeut dekat dengan jalan raya. Sedangkan kampungku di pelosok. Jarak rumahku dan Warpeut sekitar 1,5 kilometer.

Aku dan Jam’an memutuskan untuk segera ke Warpeut. Kami berjalan begitu cepat, meskipun aku sudah cape. Bajuku sudah basah, walaupun belum sampai ke tempat tujuan.

Syukurlah aku bisa sampai di Warpeut sekitar pukul tujuh kurang. Ternyata di Warpeut sudah tidak ada siapa-siapa. Aku benar-benar bingung. Bagaimana aku bisa sampai ke SMA Al-Musadaddiyah? Sedangkan aku tidak tahu tempatnya dimana.
Untung saja ada Mila, adik kelasku.

"Mila, kamu ngeliat teman-temanku nggak di sini?” tanyaku dengan ngos-ngosan.

“Nggak, mungkin mereka sudah berangkat. Sms atau telpon aja, salah satu dari teman Ka Fuja,” ujarnya.

“Kakak nggak bawa hp, rusak hp nya,” ujarku ngeluh.

“Ya sudah, mendingan kita langsung ke sana aja. Pasti mereka sudah pergi duluan,” Jam’an langsung menyambung pembicaraan kami.

“Ya ayo, kamu tau nggak tempatnya dimana?” tanyaku.

“Nggak,” ujarnya polos.

“Aku anterin ya kak, tapi sampai jalan raya saja. Sampai kakak-kakak naik angkot,” ujar Mila menawarkan jasanya. Kebetulan sekali!

“Iya, makasih sebelumnya,” ujarku.

Mila segera mengantarkan kami ke jalan raya, dan membantu kami menemukan angkot yang harus ditumpangi. Cause, aku benar-benar tidak tau harus naik angkot yang mana. Jelaslah, ini adalah kali pertamanya aku harus pergi ke kota sendirian. Eh, berdua sama Jam’an. Berdua juga serasa sendiri, Dia nya juga nggak tahu apa-apa. Sama sepertiku.

“Ka itu angkotnya,” ujar Mila sambil menunjukkan sala satu angkot.

“Alhamdulillah,” ujarku. Karena angkot sudah ada di depan sana.

“Ya, kakak langsung aja ke sana ya. Takut telat,” ujar Mila dengan penuh perhatian.

“Iya makasih ya Mila,” ujarku menatapnya. Mila segera berlalu di hadapanku. Sedangkan temanku Jam’an hanya diam saja. Huuh.

Aku dan Jam’an segera naik angkot. Ini kali pertamanya aku naik angkot secara mandiri, biasanya kan suka sama Ibu atau Kakak. Sebenarnya aku tidak berani naik transportasi sendirian atau berdua sama Jam’an. Jelaslah Jam’an juga sama sepertiku, tidak tahu apa-apa. Tapi aku tetap memberanikan diri, demi mengikuti Try Out tersebut.

Lagi-lagi aku sial, di dalam angkot tiba-tiba jam tanganku mati. Pantas saja, dari tadi menunjukan pukul 06.56. Aku benar-benar panic, takut kesiangan.
Angkot terus melaju dengan kecepatan sedang. Rasanya aku ingin mendorong supir itu ke samping dan menggantikannya menyetir. Agar aku bisa sampai tepat waktu.

Di dalam angkot aku dan Jam’an lebih banyak diam. Tetapi ada tiga orang ibu-ibu dengan anaknya. Aku takut kesiangan juga takut nyasar. Bagaimana kalau SMA Al-Musadaddiyah itu sudah kelewat. Arrgh, ini sangat membingungkanku.
Di sepanjang jalan aku terus memerhatikan tempat-tempat yang kami lewati. Kali saja aku melihat SMA Al-Musadaddiyah.


“Jam’an kamu tahu nggak tempatnya dimana?” tanyaku meliriknya.

“Hmm,” ujarnya menggelengkan kepala.

"Terus gimana dong,”

“Nggak tahu,”

“Iih, cari solusinya dong. Kamu kan pintar,”

“Tanya aja sama ibu-ibu itu,”

“Malu ah,”

“Tanya aja, jangan malu-malu. Mungkin saja mereka bisa bantu,”

Kami terus bertengkar di dalam angkot, karena saling menuduh untuk menanyakan kepada salah satu penumpang.

“Ayo dong,” ujar Jam’an. “ Bagaimana kalau kita nyasar?”.

“Ya sudah,”

“Ya, cepetan,”

“Ehmm. Permisi bu, mau numpang tanya?” ujarku memberanikan diri, sampai-sampai badanku sedikit bergetar. Ya memang aku orang yang pemalu, dan kuper.

“Iya apa?” Ibu itu segera merespon.

“Kalau SMA Al-Musadaddiyah itu di mana ya bu?”

“Oh, itu di depan. Sebentar lagi juga sampai,”

“Oh terima kasih bu,”

“Bang, berhenti di SMA Al-Musadaddiyah ya,” ujar Ibu itu kepada Pak Supir.

Syukurlah, ternyata ibu itu sangt baik.
Tak membutuhkan waktu lama, kami sudah sampai di salah satu jalan dekat sma tersebut. Kacau. Kami juga salah tempat, yang kami datangi malah STTG bukan sma. Ternyata kami salah gerbang. Akhirnya kami menemukan sma tersebut dan segera memasukinya. Di depan halaman sma, sudah ada teman-teman yang menunggu.

“Fuja,” ujar mereka berteriak dan berlari menuju kami.

“Aku kira kalian nggak bakal datang ke sini, maaf ya kami sudah meninggalkan kalian berdua,” ujar Intan.

“Nggak apa-apa kok,” ujarku terharu.
Ini merupakan pengalaman yang sangat menegangkan bagiku begitu juga dengan Jam’an. Tapi setelah kejadian itu, aku tidak terlalu pemalu. Perjuanganku untuk tiba di SMA Al-Musadaddiyah tisak sia-sia. Karena aku mendapat juara 2 dan Jam’an juara 1. Alhamdulillah.




Comments

Popular Posts