Payung

Sumber: https://janelarie17.wordpress.com/2016/01/29/pestafiksi03-payung-hitam-nyonya-hujan/


Wajahnya masam, terlihat pucat, senyumannya kecut. Tidak seperti biasanya. Meskipun begitu aku senang, saat hendak berangkat sekolah akulah yang pertama kali ia temui. Aku tak pernah bosan mendekapnya. Seperti memberi sedikit kehangatan dengan memeluknya setiap saat. Walaupun itu sekedar saat hujan dan saat dia sakit. Hari ini memang hujan, aku bahagia karena itu, karena dengan begitu aku akan selalu bersamanya, menemaninya menembus prajurit-prajurit air itu.

Namun sepertinya ada yang aneh dengan hari ini. Lelaki itu tidak memakai payung merahnya, ia memilih payung berwarna hitam. Ingin sekali aku bertanya kenapa hari ini banyak perubahan yang terjadi dalam dirinya, tapi aku tak bisa. Aku tak bisa mengatakan apa-apa.

“Tumben,” pikirku dalam hati. Namun aku tak mau mempedulikan hal itu lagi. Sekali lagi, lelaki itu tersenyum kecut sebelum membuka payung dan membuat kami benar-benar teduh.

Kami beriringan, menembus derasnya hujan. Ini terlihat so sweet, bukan? Berjalan dengan orang yang kita cintai di bawah payung yang meneduhi dari hujan. Hati juga terasa teduh, bukan begitu? 

Langkahnya terhenti hanya untuk menunggu mobil-mobil berlalu lalang. Setelah memastikan tak ada kendaraan lagi, ia mulai menyeberang, bersamaku juga.

Bibirnya saling beradu, mengiramakan sebuah lagu romantis zaman sekarang. Entah apa judulnya, aku tak tahu, yang jelas apa yang ia katakan seperti sebuah mantra cinta?! Dan aku menyukainya.

Bhakksss...

Aku terkulai lemas, begitu pula dengan dirinya. Aku baik-baik saja, tetapi tidak dengan dia. Bau anyir darah tercium sangat pekat, bercampur dengan genangan hujan di atas aspal. Dia tak terselamatkan, tapi aku selamat. Dan... aku kecewa karena itu. Kenapa hanya aku saja yang selamat?

Andai saja aku bisa bicara, mungkin aku akan berteriak sekencang-kencangnya saat mobil itu menghantam tubuhnya. Andai saja aku ini seorang manusia, mungkin aku akan mendorongnya, agar ia terhindar dari tabrakan maut ini. Apalah daya, aku hanya sebuah jaket pemberian mantan kekasihnya. Dan aku? Jelas aku hanyalah benda mati.

Comments

Popular Posts