Kepingan Daun Maple [Bagian Dua]
Sumber: Sumber: https://pixabay.com/en/photos/maple/
-Jika
seseorang terlihat buruk di mata kita, lihatlah sisi lain dari orang tersebut.
Terlihat atau tidak, orang tersebut pasti mempunyai sisi baiknya. Memandang itu
harus dengan kedua mata. Kita mempunyai dua mata, pergunakan keduanya secara
adil-
Alex mendesah pelan.
Ia tidak menyangka kalau Boris akan melakukan hal yang diinginkan Kinan. Dalam
benaknya ia selalu berpikir, bahwa Kinan harus berkorban banyak demi dirinya
dan juga Boris. Namun nyatanya? Malah Boris yang banyak berkorban untuk Kinan.
Sialnya, Alex tidak bisa menghentikan atau mengubah niat Boris, karena Boris
adalah tipikal orang yang tidak pernah mendengarkan orang lain.
“Kita mendapatkan email dari seorang perempuan paruh baya
yang ingin membunuh tetangganya yang kurang ajar. Bagaimana? Kita terima apa
enggak?”
Boris menatap ruas
jalan, kedua tangannya melipat di depan dada. Wajahnya masih sama seperti dulu,
tak ada yang berubah sedikit pun.
“Korban kita saat ini
merupakan seorang pria yang mempunyai salah satu kios di pasar. Pria itu
mempunya sembilan kios, satu buah peternakan ikan, dua kebun buah jeruk dan...
dia sering keluar rumah setiap malam selasa untuk mabuk,” timpal Alex kembli
yang langsung dijawab dengan anggukan kepala.
“Tidak akan sulit
membunuh orang yang sedang mabuk kan?” Boris manggut-manggut, lalu pandangannya
beralih pada ponselnya yang bergetar. Ternyata itu dari Kinan.
“Kapan
aku akan sekolah?”
Suara di seberang
sana langsung membuat Boris menepuk keningnya sendiri. Ia lupa belum
mendaftarkan Kinan ke sekolah. Kebetulan sekali, Boris melihat sebuah sekolah
di depan sana. Dengan segera ia meminta sopir untuk menghentikkan mobilnya di
sekolah tersebut.
“Besok... kamu mulai
sekolah besok.”
Alex menahan
rahangnya untuk tidak berbicara. Lihat sekarang, kelakuan Boris yang dengan
rela disuruh-suruh oleh anak remaja yang tidak berguna itu. Bahkan Boris rela
pergi ke sekolah hanya untuk mendaftarkan Kinan detik itu juga. Alex
benar-benar tak tahu apa yang ada di pikiran Boris.
***
Malam ini Boris dan
Alex serta beberapa anak buahnya sudah bersiap untuk mengincar dan membunuh
targetnya. Sebelum aksi mereka dilakukan, mereka benar-benar mempersiapkannya
secara matang. Perlengkapan yang mereka bawa benar-benar lengkap.
“Kita harus ajak
Kinan malam ini. Supaya dia mengerti dan tahu apa yang harus dia lakukan
selanjutnya, agar dia menjadi pembunuh yang profesional,” Alex mulai memasukkan
beberapa pisau ke dalam tasnya.
Boris segera menatap
Alex, sebenarnya ia merasa setuju dengan apa yang dikatakan Alex. Namun,
sepertinya kali ini bukan waktu yang tepat untuk mengajak Kinan. Besok Kinan
harus bersekolah, dan membunuh itu bukan perkara mudah yang bisa dilakukan
dengan cepat.
“Tidak, kita akan
mengajaknya lain kali. Setelah ia tahu apa yang harus dilakukannya, percuma
saja kita membawa Kinan malam ini, sedangkan dirinya tidak tahu apa yang harus
ia lakukan. Itu tentu akan menghambat misi kita malam ini.”
“Baiklah. Sepertinya
itu pilihan yang sangat tepat.”
Semuanya sudah siap
dan aksi mereka malam ini akan menjadi pertarungan yang menyenangkan.
***
Kinan keluar dari
kamarnya setelah mendapatkan pesan dari Boris yang menyuruhnya untuk keluar.
Langkahnya terhenti di depan pintu saat melihat sebuah tas sekolah yang di
dalamnya sudah ada buku-buku dan alat tulis. Sedangkan di samping tas tersebut
ada sudah ada sepatu dan seragam yang sudah siap untuk dipakai.
“Terima kasih Kak
Boris,” gumam Kinan seraya tersenyum. Ia merasa senang dan sangat bersyukur
bisa bertemu dengan Boris. Walaupun pada kenyataannya, Boris adalah seorang
pembunuh. Tapi, meskipun Boris seorang pembunuh, tapi pria itu sudah menghidupkan
kembali masa depan Kinan, “ah! Mulai sekarang aku akan memanggilmu Papa. Ya,
Papa Boris. Terima kasih untuk semuanya. Aku tak akan melupakan semua ini.”
Selama seharian ini
Kinan memang menghabiskan waktunya dengan berdiam diri di kamar seraya memandangi
buku diary dan kepingan daun maple
yang telah membuatnya bertanya-tanya.
Malam ini, Kinan
sudah mempersiapkan keperluan sekolahnya ke dalam tas. Ia sudah tak sabar ingin
sekolah dan melihat banyak orang. Teman-teman barunya dan juga... ah dia sudah
tidak bisa membayangkannya lagi. Membayangkan duduk di kursi seraya memerhatikan
guru yang menerangkan saja sudah membuatnya bahagia.
***
Boris, Alex dan anak
buahnya memang sangat profesional. Dalam sekejap mereka sudah berhasil
melupuhkan korban mereka. Bahkan mereka mempunyai perencanaan yang sangat baik.
Semua CCTV yang ada di sekitarnya sudah dimatikan, mereka sudah memakai sarung
tangan untuk menghilangkan jejak. Kali ini mereka tidak perlu mengeluarkan
senjata untuk membunuh. Cukup dengan memutus rem mobil si Korban dan
membiarkannya terjatuh ke jurang. Ini lebih mudah dari yang dibayangkan
olehnya.
Comments
Post a Comment